Total Tayangan Halaman

Selasa, 16 Agustus 2016

Hanya Catatan Kecil dari Perjalanan Haji 2015

Begitu mendapat undangan istimewa ini, saya memantapkan hati bahwa saya akan menerima jamuan yang layak selama menjadi tamu, layaknya perlakukan kita ketika menerima tamu, semua pasti kita persiapkan agar tamu feels like home. Apalagi ini bukan sembarangan undangan, ini undangan istimewa, super VVVVIP dari yang Maha Kaya, Maha Segalanya, yakin sangat bahwa saya akan tercukupi segala kebutuhan selama di sana.

Berminggu-minggu saya mencoba memantaskan diri, mencari tahu agar bisa  menjadi tamu yang manner, behave, tidak akan mengecewakan "tuan rumah". Googling sana, baca sini agar saya tahu sedikit banyak tentang Penjamu saya, apa yang harus saya lakukan agar tuan rumah juga senang, berkenan dan ridha dengan kehadiran saya. 

Alhamdulillah, 41 hari perjalanan di Mekkah, Arafah,Muzdalifah, Mina dan Madinah yang saya rasa hanya suka. Di hari terakhir menjelang kepulangan, kami bercerita tentang nikmat yang kami rasakan selama di Tanah Haram, kok malah ga ada inget susahnya. Kami bisa tidur lelap diatas pasir yang beralaskan tikar tanpa penerangan yang cukup. Kami bisa makan lahap dengan lauk tetep ayam ikan daging bergantian tiap harinya. Kami bisa berjalan penuh takzim dibawah panas yang katanya diatas 40 celcius. Kaki kami tetap riang melangkah menapaki  kiloan meter menuju Jamarat dan kiloan meter lainnya menuju tempat ibadah dan ziarah lainnya.

Hei, ini konvensi internasional terbesar yang pernah saya ikuti. Jika tidak salah membaca salah satu artikel brosur di Mekkah,  peserta haji tahun ini dari 114 negara,cmiiw, saya takjub mengamati sebagian pola laku yang mewakili kurang lebih 2juta saudara seiman selama di sana. Bagaimana kami berinteraksi? Dengan senyuman!. Serasa takut apapun pada saudara kita yang berbadan besar karena cerita turun temurun warisan dari para penapak tilas dulunya, percayalah...mereka bisa luluh dengan senyuman. Setidaknya itu yang saya rasakan. Bahkan untuk satu negara yang tidak bisa saya lumpuhkan dengan senyuman ini, at the end saya berhasil saya ajak bicara, yay! Dan masya Allah baiknya. Mungkin juga faktor bahasa jadi penunjang kami bisa berkomunikasi.  

Saya iri dengan kemurahan hati para penduduk dan selama di sana. Tidak bisa dihitung dengan jari kejutan manis kami terima sejak kedatangan. Makanan, minuman, berlimpah. Sabil, begitu kami menamai dermawan-dermawan yang ujug-ujug memberikan kurma, minuman, roti atau makananan lainnya sepenjang perjalanan menuju mesjid atau hotel. Saya menyaksikan bagaimana satu truk roti dibagikan ke jemaah haji oleh dermawan di sana, satu pick up air botolan/jus berhari-hari menanti kami dengan setia di salah satu sudut di Jarwal Taisir, kawasan hotel terpadat oleh jemaah haji. "Halal...halal...", demikian mereka meneriaki agar kami mampir dan mengambil sedekahan mereka. 

Saya iri dengan pekerja-perkerja di Masjidil Haram dan Nabawi. Saya iri dengan ketakziman dan ketekunan mereka bekerja. Saya iri dengan kesungguhan mereka menjaga fasilitas-fasiltas mesjid tetep nyaman dipakai; menyusun, membersihkan rak-rak alquran, lampu, mengepel lantai (bagian favorit menyaksikan yang membersikan lantai selapangan bola kelar dalam berapa menit aja). Saya iri dengan kesabaran mereka melayani kami jemaah dengan beragam tingkah laku. Saya iri yang dengan pekerjaannya bisa setiap saat mengunjungi tempat-tempat impian ummat Islam. 


Saya juga iri dengan kedermawanan jemaah haji lainnya. Teringat dengan nenek tua yang ingin berbagi 2 butir kurmanya, saat saya mengganti kacang dengan roti untuk beliau makan agar mudah dikunyah. Makanan saya mungkin agak lebih makanya saya juga tidak sungkan untuk berbagi, tapi saya yakin, kurmanya memang tinggal 2 butir, dan beliau memaksa saya untuk mengambilnya. Teringat sabar beliau ketika ada jemaah wanita lain yang badannya sangat besar "ngedeprok" manis di depan beliau yang sedang sholat. Kontan jamaah lain memarahi, tapi tidak dengan sang nenek, beliau cuma menepuki pundak sang wanita sambil tersenyum entahlah bicara apa sampai kemudian sang wanita agak bergeser duduknya. Ah, kalo saya mungkin udah mendelikan mata ala2 peran antagonis sinetron.

Terakhir, saya haturkan kekaguman saya untuk pemerintah sana yang membuat 2 tempat suci ummat islam menjadi tempat yang makin nyaman dan menyenangkan untuk dikunjungi. Saya tidak punya alasan untuk menyalahkan mereka atas apapun yang terjadi diluar kehendak manusia. Saya menyaksikan kesungguhan pemerintah Saudia membuat tempat ini menjadi tempat semua ummat. Jika debu dalam rak alquran saja susah untuk kamu dapatkan, apakah mungkin mereka menelantarkan hal maha penting lainnya? 

Allah Maha Baik, saya merasakan nikmat luar biasa, tak tergantikan, tak terdefinisikan dengan akal...yang semoga saya makin bersyukur karenanya. 
Ini hanya segelintir kejadian suka diantara ribuan nikmat suka cita lainnya yang tak mampu saya hitung dan goreskan. Banyak pengalaman  yang saya catat rapi dalam benak. Puzzle-puzzle yang terjadi dalam rekaman mata  dan memori saya yakin itu adalah pengingat, cermin agar bisa mengambil hikmah. 

Must Bring Item Saat Ibadah Haji

Biar kata pergi sendiri, bawaan saya ternyata masuk dalam timbangan yang paling berat diantara jemaah serombongan. hahaha. berikut saya bagi hal-hal penting yang harus dibawa saat berangkat haji tahun 2015


  • Pakaian.   

    Disesuaikan dengan kebutuhan baik jumlah maupun jenis, tidak harus baru. Karena ukuran badan mini begini,  membeli baju saat di tanah suci, is not an option.

  1. baju: pakaian umroh tidak harus putih. Memang rata-rata ciri jamaah dari rumpun Melayu adalah berpakain/mukena putih. Pakem harus putih dan baru seharusnya diganti dengan tidak transparan/membentuk (hindari bahan pakain berbahan jersey). Sayangnya banyak yang tanpa disadari pakaian yang dipakai justru transparan dan membentuk tubuh.  Mengenai jumlah, disesuaikan dengan kebutuhan. Saya pribadi membawa kurang lebih 12 (dan ini termasuk banyak banget hehehe) baju yang terdiri dari gamis, 2 pakaian putih, 2 daster batik, seragam batik KBIH serta bbrp atasan  yang saya mix match dengan rok hitam yang saya bisa pakai berkali-kali. 
  2.   Mukena: bawa 2 udah lebih dari cukup selain, jilbab-jilbab besar yang dipakai sehari-hari dan difungsikan sebagai mukena. Seorang teman berbagi info selama haji Cuma membawa 5 setelan baju yang termasuk jilbab yang berfungsi sebagai jilbab. 
  3.  Handuk: cukup bawa ukuran kecil. Disarankan untuk membawa handuk muka yang dipergunakan untuk melindungi kepala. Bisa digunakan saat wukuf dengan cara membasahi handuk dengan air untuk menutup kepala (bagi lelaki perhatikan ketika dalam keadaan tidak ihram
  4. Singlet dan celana panjang kulot tipis berkantong. Kedua pakaian ini saya fungsikan sebagai penyimpan uang dan kartu
  5.  Disposal underwear. Jika memang biasa menggunakan ini, boleh dipergunakan terutama untuk hari puncak (Wukuf,Melontar Jumroh)
  6.  Tas ransel: tas ransel kecil yang nyaman dipakai. Saya pergunakan untuk ke mesjid dan ziarah dan juga ketika hari puncak. Hindari tas ransel yang besar karena beberapa titik di masjidil haram dan Madinah tidak diperbolehkan masuk. Ransel ini sangat berguna ketika saya membawa air zam-zam dari mesjid untuk konsumsi di rumah. 
  7. pashmina/kain panjang. berguna untuk jadi bilik darurat ketika berada acara puncak haji. 
  8. alas kaki yang nyaman. selama di sana saya cukup nyaman dengan pakai sandal jepit (bukan bahan karet)

  •   Kebutuhan toilet dan sejenisnya.


Jika membawa kebutuhan toilet berupa cairan maka bagi 2 kemasan yang dibawa. Satu untuk ukuran kabin (kurang dari 100ml) dan yang ukuran besar untuk ditaruh dibagasi. Ukuran kabin sangat berguna meringankan beban bawaan ketika masuk asrama dan pas hari puncak rangkaian haji.  Seperti halnya pakaian, warung serba ada mulai dari kebutuhan toilet seperti sabun, tali dan jepitan jemuran, serta oleh-oleh ada di daerah penginapan jemaah haji.  yang berjumlah lebih dari 100ml maka alat-alat benda tajam seperti gunting, pisau dan gunting disimpan di bagasi.
  1. Kebutuhan toilet pribadi: sabun, sampo (bisa menggunakan yang sachetan, lebih praktis),  pembesih muka, kapas, sunblock spf minimal 30 seperti parasol, banana dsbnya.
  2. Gunting kuku dan gunting kecil untuk tahalul disimpan di bagasi. 
  3. Gantungan baju (kalo bisa dari besi agar tidak patah ketika masuk bagasi) untuk jemuran. Untuk penjepit, peniti lebih disarankan.  Ketika musim panas, maka waktu yang dibutuhkan untuk kering baju adalah kurang lebih 2 jam untuk pakaian yang dicuci manual. Walau hotel yang kami tempati di Jarwal Taisir menyediakan 8 mesin cuci di lantai dasar, saya memilih menggunakan cuci manual, rendam di wastafel dengan ember KFC (iya, ember kfc putih itu J) untuk wadah bilasan.




  •  Obat-obat/Pelindung


Jemaah haji mendapatkan satu kit perlengkapan obat-obat yang sangat lengkap. Kit tersebut berisi masker kain kasa 4, oralit, salep, kain kasa,obat-obatan generic lainnya serta satu box masker operasi (yang berwarna hijau itu)
  1. Masker kain/washable (3-4 buah). Masker kain sangat disarankan untuk dipakai karena cuaca yang sangat kering dan debu yang cukup intense. Tips dari dokter kloter saat itu, basahi masker kain untuk mendapatkan kelembaban yang cukup. Masker putih kasa yang diberikan saat di asrama haji bisa dicuci ulang untuk dipakai berkali-kali.
  2.  Obat-obatan pribadi, sesuai kebutuhan seperti minyak kayu putih, antangin, freshcare, tensoplast (mau nulis handiplast, tapi katanya so old school, ketauan angkatan tahun berapa) 
  3. Kacamata hitam. A must item, karena cahaya mataharinya sangat terik.
  4. Topi. Saya sih ga bawa saat itu, tapi akhirnya beli seharga 10 Riyal di warung depan hotel untuk acara puncak haji. 
  5. Botol spray. Ini juga dibagikan oleh pemerintah. Spray ini berguna untuk menjaga kelembaban muka. Diisi air zam-zam, semberiwing segar menghalau panas haramain. 
  6. Payung. Memungkinkan untuk dipakai ketika ziarah, ke mesjid (yang berjalan kaki mesjid) dan hari puncak haji.

     


    
  •  Makanan dan Perabotnya


Alhamdulillah termasuk tidak picky untuk urusan makanan. Apa aja saya makan, baik itu makanan jatah pemerintah yang less bumbu, tanpa sambel selama 15 hari di kota Mekkah, 9 hari full day di Kota madinah plus saat hari puncak haji maupun jajanan sandwich murah meriah seharga 2-3 riyal saya nikmati. Warung kelontong yang berada di daerah penginapan juga cukup sangat menyediakan berbagai kebutuhan jemaah yang ingin memasak sendiri. Sayur mayor serta buah-buahannya. Tidak mau repot masak, tinggal beli di pasar kaget  di depan penginapan seharga 2-5 riyalan untuk satu lauk ukuran sedang.  

Demi keselamatan jemaah tidak diperbolehkan memasak di penginapan, sehingga dapur juga tidak disediakan oleh penyelenggara haji. Tapi beberapa jamaah yang berhati-hati dan menjaga keselamatan penggunaan alat-alat listrik seperti rice cooker, pemasak air dan blender baik yang dibawa dari tanah air maupun dibeli di sana memilih untuk memasak. Konsekuensi satu paketnya adalah biasanya mereka juga membawa beras dari tanah air. Selain alasan penghematan, ketidakcocokan beras juga menjadi alasan  beberapa jemaah memasak di penginapan.

Harga rice cooker ukuran 1 liter di mekkah sekitar 40-50 Riyal.

Pisau kecil, piring/mangkok/gelas/botol minuman plastik, termasuk barang penting yang harus dibawa jemaah. Terutama pisau yang berguna untuk memotong buah yang diberi sepaket dengan jatah makanan. Jatah buah yang diberikan adalah apel, pisang dan jeruk.

Oh iya, selain kit obat-obatan yang didapat di Tanah Air, Jemaah juga mendapatkan jatah kita minuman yang berisi gula pasir, the, creamer, kopi, saus/sambel, kecap, cangkir kecil dan 3 buah pop mie  bertulisan arab. Hehhe. Untuk yang suka saus saya sarankan bawa dari tanah air juga karena saus sambel dengan merk yang sama, rasanya berbeda.

        
  • Lain-lain


Yang tidak kalah penting untuk dibawa adalah:
  1. Colokan converter, di hotel kami colokan indonesia cocok dipergunakan di hotel. Beberapa hotel lain masih menggunakan colokan segitiga.
  2. Colokan berjamaah (kabel roll). Barang penting ini kudu wajib dibawa untuk puncak haji karena colokan listrik yang disediakan sangat terbatas 
  3. Kantong plastic/kresek/plastic putih. Ibuk-ibuk tau sangat pentingnya benda ini. :
  4. Karet gelang/peniti
  5. Pulpen/spidol: terpakai untuk mengisi form di asrama haji dan di pesawat
  6.   Al quran kecil.
  7. alat penerang saat di Muzdalifah saat mengumpulkan batu kecil untuk melontar bisa menggunakan  penerangan handphone, jika ingin berhemat batrai bisa membawa senter mainan seharga Rp5.000. senter ini terpakai juga ketika hotel kami mati listrik.  
  8. Oleh-oleh khas Indonesia. Sisihkan barang/makanan khas Indonesia untuk dibagikan kepada jemaah lain entah teman sekloter atau jemaah Negara lain
  9.  Buku bacaan saku. bisa dijadikan juga sebagai oleh-oleh.       

  • Not To Mention:

  1. Selalu positive thinking. Apa yang kita dapat selama di tanah suci adalah hal yang terbaik yang terjadi. 
  2. Jangan sungkan untuk menolong sesama.
  3. Saat hari puncak haji jangan lupa membawa: pisau kecil, kain panjang, ember, colokan berjamaah, kantong plastik, piring/mangkok, alas plastik saat mabid sebentar di Muzdalifah. Beberapa jemaah membeli tikar seharga 1- Riyal. Saya memilih membawa kardus bekas dan plastik hitam sampah yang diminta ke pihak hotel untuk alasan kepraktisan bawaan. 
  4. Pecahan Rp.50.00 dan Rp.100.000 diterima di beberapa warung di Medinah, Mekkah. Rp 100.000 dihargai 25 Riyal.  Nilai rupiah menguat begitu puncak haji telah lewat.  
  5. Pilihan membeli atau membawa dari tanah air disesuaikan dengan efisiensi waktu dan biaya sesuai dengan kondisi masing-masing.