Total Tayangan Halaman

Jumat, 23 Desember 2016

Lanyard

Sejak 17 Agustus 2016, pengguna bus transjakarta khususnya koridor satu, diikuti oleh koridor lainnya, wajib "tap out" e-money untuk keluar dari halte. Awalnya banyak yang mengeluh karena terjadi tumpukan antrian apalagi pintu keluar kadang satu pintu dengan pintu masuk.
Makin lama, para pengguna bus massa ini makin ambil bagian agar antrian tidak terlalu panjang, mempersiapkan kartu ketika akan turun bus. Beberapa lainnya seperti saya yang biasanya stand by kartu di satu tas yang bisa diambil dengan dua kali gerakan akhirnya memakai gantungan kartu, (lanyard) seperti kebanyakan yg dipakai para roker (rombongan kereta). Alhamdulillah ini sangat membantu kelancaran proses keluar halte. 


Cara lain yg dilakukan biasanya "nappingin" orang lain yg tidak/lupa bawa kartu, lumayan mempercepat 2-5 detik.

Perempuan adalah penumpang yg paling banyak pakai lanyard, sementara bapak-bapak masih aja rogoh saku, cari dompet persis di depan "gate" tap out. Errrr...

Say No To receh atau mau Disumbangkan Kemana

Sudah hampir setahun ini saya memakai kartu debit untuk transaksi keuangan terutama ketika belanja di supermarket (masih ada yg pakai istilah ini ga sih?). Karenanya saya memang jarang mengantongi uang tunai dalam jumlah lebih dari 50rb kalau memang tidak ada keperluan, kartu debit inilah yang selalu saya bawa.

Selain alasan kepraktisan juga karena males nimbunin koin kembalian dan juga pertanyaaan mbak kasir "mau disumbangin mbak, kembaliannya?".




Dulu koin kembalian tersebut diselotif ponakan per satuan dan dijadiin ongkos angkutan umum. Sekarang hal ini praktis tidak bisa dilakukan karena bayar bus tj, angkutan umum utama saya, juga pakai e-money. Sebenarnya pecahan 100,200 perak tersebut masih bisa "dikembalikan" ke supermarketnya, cuma kan ke supermaket kadang juga kayak tahu, dadakan. Jadilah numpuk deh tuh koin. Jadi masalah koin kembalian dan pertanyaan "mau disumbangkan?" diatas menurut saya tersolusikan oleh memakai kartu debit.😀

Kami Alumni 212

Teman,
Aksi 411 dan 212 menunjukkan wajah islam, profil muslim sejatinya. Nyatanya kita memang bisa untuk antri sangat tertib bahkan dalam keadaan panas, hujan sekalipun. Kita bisa sangat bersabar untuk berlapang-lapang dalam majelis, berbagi halaman kita dengan orang yang tidak kita kenal.
Teman,
Nyatanya, kita sangat ringan tangan untuk tidak membuang sampah sembarang, atau bahkan dengan kerelaan hati tanpa bayaran sekalipun memungut sampah di sekitar kita.
Nyatanya, kita bisa dengan sangat manis mematuhi aturan, tidak menginjak/merusak tanaman bahkan dalam keadaan terdesak sekalipun kita enggan untuk menapakan kaki kita barang sebentar diatas rumput hijau taman.
Teman,
Nyatanya, kita adalah ummat sangat pemurah dan gemar memberi. Makanan sangat berlimpah, tanpa pandang bulu, kita sangat dermawan memberikan makanan, minuman kepada orang sebelah kita. Cerita tukang donat yang karena kemurahan hatinya membagikan donat secara justru berbalas kontan saat itu juga, berkalilipat. Cerita ibu-ibu negeri yang tanpa iming-iming apapun selain keridhaannya merelakan waktu sibuk di dapur, membagikan makanan di jalanan kepada siapapun yang lewat. Cerita tentang kedermawan ini mungkin butuh satu buku untuk dituliskan. Tidak ada yang menafikkan bagaimana logistik sangat melimpah ruah saat konvensi akbar tersebut.
Teman,
Nyatanya kita bisa sangat sayang dengan orang yang baru kita temui, sekalipun karena kecintaan yang sama. Cerita kaum Anshar dan Muhajirin terpampang nyata di depan kita. Penduduk Jakarta menyambut takzim penuh sayang saudara-saudara seiman yang datang dari Papua, Aceh, Padang, Ciamis, dari manapun. Apa mereka pernah kenal sebelumnya? Sebagian kecil mungkin, sebagian besar itu adalah perjumpaan pertama mereka.
Teman,
nyatanya kita adalah ummat yang kuat. Cerita tentang mujahid Ciamis berjalan ratusan kilo ke Jakarta akan terpatri jelas dalam ingatan kita dalam beberapa masa ke depan, mungkin ini yang akan dengan bangga kita ceritakan pada anak cucu kita nanti.
Teman,
Nyatanya kita adalah ummat yang bisa merapatkan barisan, melupakan perbedaan dalam islam sendiri. Puluhan bendera berbagai warna bisa berkibar di langit yang sama tanpa berebut perhatian
Teman,
Nyatanya kita adalah ummat yang bisa menahan diri, tidak gampang terprovokasi. Selama berjam-berjam kita bisa duduk tenang, awas dan mawas diri, saling menjaga.
Teman,
Nyatanya, ulama-ulama kita adalah negosiator dan orator ulung. No doubt about it.
Teman,
Cerita diatas tak akan kita biarkan menguap, hilang tanpa bekas, tak meninggalkan jejak. Karena;
Teman,
Kita hari ini, esok, lusa dan seterusnya adalah kita saat hadir dan yang menjadi saksi melalui media manapun di 411 dan 212. kita hari ini, esok, lusa dan seterusnya adalah kita yang taat, tertib, sabar, pemurah, penyayang, pantang menyerah.
Kita hari ini, esok, lusa dan seterusnya adalah kita yang menghormati bukan hanya sesama muslim tapi juga menghargai yang berbeda agama dengan kita.
Teman,
Kita hari ini, esok, lusa dan seterusnya adalah kita yang merasa diawasi terus oleh kameraNya bukan kamera orang lain.
Teman,
Kita hari ini, esok, lusa dan seterusnya adalah kita yang suka bertabayyun atas berita apapun yang kita terima. Kita hari ini, esok, lusa dan seterusnya adalah kita yang bertanggung jawab atas semua jempol, karena hisabNya tidak akan luput.
Teman,
Kita hari ini, esok, lusa dan seterusnya adalah kita yang tidak hanya marah ketika Al Quran dinista, kita hari ini esok dan seterusnya adalah kita yang cinta Al Qur'an, rajin berinteraksi dengannya.
Kita hari ini, esok,lusa dan seterusnya adalah yang tidak akan membiarkan satu hari terlewatkan tanpa berinteraksi dengan Al Quran. Ambil, buka kembali Al Quran yang mungkin satu tahun lebih tidak sentuh, berdebu dipojok paling atas rak buku. Kita hari ini, esok, lusa dan seterusnya adalah kita yang mempelajari makna, tafsir dan amalkan isi Alquran.
Teman,
Kita hari ini, esok, lusa dan seterusnya adalah kita yang akan menjaga shalat dalam keadaan apapun.
Teman,
Kita hari ini, esok, lusa dan seterusnya adalah kita yang senantiasa menjaga ukhuwah. Karena kita adalah gengaman tangan dan bangunan yang kuat jika saling bersatu.
Teman,
kita hari ini, esok, lusa dan seterusnya adalah kita yang tidak mudah terlena, jumawa, ujub karena kemeriahan 411 dan 212. kita hari ini, esok, lusa dan seterusnya adalah kita yang menjaga agar semangat 411 dan 212 tetap terjaga dalam kerendahan hati sehingga bisa dengan lantang berkata " Saya bangga sebagai Islam".
#kamialumni212 #212itukami #dailyinna