
Rating: | ★★★ |
Category: | Movies |
Genre: | Drama |
Ini cerita singkatnya:
Fahri Mahasiswa Alazhar Mesir yang berasal dari Indonesia dicintai oleh 4 wanita sekaligus!. Ketaatan , kepintaran nya dikagumi oleh Maria gadis katolik satu flat, Nurul teman kampus setanah air, Aisha gadis turunan Turki-Jerman kaya raya yang bertemu di Metro dan Noura gadis mesir yang ditolongnya dari penganiayaan orang tuanya sendiri.
Konflik muncul ketika banyaknya lamaran yang datang kedia. Ketika fahri menjatuhkan pilihan ke Aisha menyisakan luka bagi 3 gadis lainnya. Maria yang kehilangan semangat hidup seperti halnya Nurul. Selain karena sakit Maria dan Nurul memilih menjauh dari kehidupan Fahri tapi Noura memilih cara lain dengan memfitnah Fahri telah memperkosanya. At the end..., Fahri berhasil diselamatkan dari hukuman mati oleh kesaksian Maria sesaat setelah menikahi Maria karena “desakan” Aisha.
Sepertinya Hanung sengaja membuat film ini menjadi agak setengah komedi..drama, jadinya pesan2 moral disampaikan tidak terlalu menggurui. Seperti adegan Fahri menangi ketika sholat dipenjara, sindiran temat se-selnya amat dalam meskipun para penonton tertawa..(?)
”Heran anak Al-Azhar tidak tau cara sholat..jangan-jangan kau hanya sholat ketika ada masalah”
Dilanjutkan dengan ucapan ” Fahri...bangun, Allah sedang berbicara saat ini dengan mu tentang Ikhlas dan Sabar”.
Adegan ketika malam tiba Fahri bingung harus tidur sama siapa juga menjadi adegan yang konyol. tapi tidak memgurangi suasana haru ketika pengadegan Aisah menyuruh Fahri untuk menikahi Maria.
Beruntung saya membaca buku ini 4 tahunan...jadi tidak terlalu kuciwa dengan film ini. Secara visual gambaran Mesir tidak saya dapatkan sama sekali kecuali tempelan gambar piramida. Jelas karena sang syutingnya dilakukan di India, dan Semarang. Ruang gerak pemain menjadi sangat sempit.., hanya seputar flat, pasar, rumah Aisah, ruang sidang dan secuil kampus yang gambarannya menurut saya tidak lebih besar dari rumah Aishah yang mewah itu.
Selain itu....menurut saya ada beberapa casting yang salah alamat…(ayo tebak yang mana..?).
Fahri yang menurut saya too good to be true ternyata digambarkan lebih manusiawi. Bisa menangis, marah walau menurut saya aura pintarnya tidak terlalu terlihat .*he..he..* saya lebih kagum dengan tokoh Maria..penjiwaanya dapet dan pas,(psstt..: suara Carissa Putri lembut banget yahh..).
Satu lagi ..ternyata bahasa campur yang dipakai, tipikal bahasa gaul jakarta, campur aduk Arab, Indonesia, Jerman dan Inggris sangat mengganggu, sulit untuk membedakan mana orang Indonesia dan bukan. Ingat adegan Rudy Wowor yang diwawancara Wartawan pake 3 bahasa,? ga penting!.
Beginilah ketika buku dijadikan film tidak fair untuk dibanding kan karena memang seperti membandingkan aplle to orange .kepentingan produser, sutradara, penulis novel saling beradu, ketika idealisme dan komersilitas dipertaruhkan maka....saya termasuk orang yang (tidak terlalu) kecewa sebagai penonton…..anyhow..good job buat semua tetap berjuang untuk film-film yang penuh nilai moral.