Total Tayangan Halaman

Minggu, 06 Desember 2015

Misi Perjalanan Ke Gua Hira

Kami berdelapan adalah jemaaah “terpilih” (ciee..) dari KBIH kafilah Akbar menjalankan misi menaklukkan Gunung Nur, Jabal Nur ditengah aktifitas ibadah selepas puncak haji. malamnya sih saya tidak begitu yakin ketika mengiyakan ajakan (kembali) Bang Ucok untuk jalan bareng ke Gua Hira, apalagi beliau terlihat senyum penuh arti ketika menjawab pertanyaan siapa saja jemaah cewek yang ikut. Ada yang ga beres nih...heheheh
Jemaah "Pilihan"


Jam 3 pagi waktu Mekkah, sesuai janji saya masih gegoleran. Sedang tidak sholat salah satu alasan kuat saya mengiyakan ajakan Bang Ucok. Di luar pintu kamar belum terdengar "keributan". Saya kembali memejamkan mata. Pukul 3:30 pagi terdengar ketukan kencang, setengah terpejam saya bergegas membuka pintu. Ternyata pasukan 5 bapak-bapak sudah siap rapi jali menuggu kami di lorong kamar. Demi melihat kak Widia yang berkeinginan kuat akhirnya saya ikut bergegas menyiapkan diri. Tas ransel saya isi dengan perbekalan secukupnya. Ratu, teman sekamar, ikut terbangun dan juga menyatakan diri untuk ikut.agak kaget juga karena dia baru balik umroh sunnah 2 jam lalu. 
 
Dari Jarwal Taisir kami menuju kaki Jabal Nur sekitar pukul 4 pagi lewat dengan menyewa mobil omprengan seharga 100Riyal (cmiiw yah Bang Ucok) . Mobil putih berkapasitas 10 orang ini sampai di tujuan kaki Jabal Nur dalam waktu kurang lebih 15 menit. Di kegelapan cuma berharap penerangan dari lampu beberapa rumah dan warung sekitar, kami melanjutkan perjalanan yang sebenarnya, mendaki Jabal Nur. Bisa dibilang pemahaman lapangan besar saya nol besar, atau minus karena ngandelin yang ngajak aja.
Terjawab seketika kenapa bang Ucok "memilih" kami. Bok, itu pendakian kecuramannya 45 derajat!. Dua menit jalan nafas gw ngos2an senen kamis, jantung rasa mau lepas. Setiap 2 menit jalan kami pasti berhenti. Suasana gelap makin menambah tantangan mendaki Jabal Nur menuju Gua Hira seperti menjadi misi berat. Ditambah beberapa orang luar yang berperawakan besar juga terlihat seperti melambaikan bendera putih. Ditengah kegelapan menjelang subuh itu mata gw ga bisa bohong, berkali-kali kami berpapasan dengan jemaah lain yang ngos-ngosan dan terlihat kelelahan. Nyali gw sempat menciut, dan mempertanyakan semangat yang tadi sempat yakin bakal sampai ke Gua Hira. Kak Widi udah pegangan tangan sama Kak Ulil, suaminya. Ratupun sudah digerek pakai sorban oleh Pak Budi. Makin ciut dong gw. 
3 wanita super. :D

Kami berhenti sejenak melaksanakan sholat subuh begitu azan saling bersahutan terdengar dari berbagai penjuru Kota Mekkah. beralaskan terpal KBIH para bapak-bapak dan Ibu-Ibu sholat ditengah hembusan angin subuh. brrr... saya mengamati sekeliling. Masya Allah, ditengah nafas yang tidak beraturan saya disuguhi view Kota Mekkah bermandikan cahaya diantara bebukitan (atau gunung), sebentar lagi golden hours! bermodalkan kamera hape samsung s3 mini gw merekam video dan mengambil foto ala kadarnya. sisanya, gw nikmati lamat-lamat dan merekam dalam lensa kesempurnaanNya. sejenak terlupakan lelah dan nafas ngos-ngosan. :D.
Kontur Jabal Nur yang tidak landai untuk didaki, banyak bebatuan, khas landscape Tanah Haram. Alhamdulillahhh bantuan anak tangga yang cukup permanen sangat membantu. Di sepanjang jalan banyak ditemui yang meminta sedekah, di depan mereka ada ember dan adukan semen. Sepertinya sebagian sedekah mereka pergunakan untuk membuat tangga ala kadar. Selain mereka juga banyak yang tidur tetapi tetap sambil minta sedekah. awalnya gw kira pengemis seperti wanita-wanita lainnya tapi ketika cahaya mulai terang yang tiduran disepanjang pinggir tangga pendakian tersebut rata-rata lumpuh. Hufft.

I made It! ke atas itu!
Sependek pengamatan,tidak ada toilet di sepanjang dakian. Beberapa pedagang kaki lima juga menjajakan dagangan oleh-oleh seperti tasbih, batu cincin, atau cincinya berbatu ala ala pedangan di sepanjang kaki lima Jakarta yang masih trend sampai sekarang. Ada satu warung yang tersedia di puncak Jabal Nur, menjual teh manis dan indomie! Jangan banyangin indomie telor ala warung yak, yang ini tinggal seduh doang. Banyak yang berhenti di sini untuk melepas lelah sambil memandang view Kota Mekkah. Kami melepas lelah disini sekembali dari Gua Hira yang cuma berjarak sekitar 50 meter dari puncak ini. gua Hira berjarak hanya hitungan meter dari pit stop ini. Menuruni anak tangga diantara bebatuan besar, membuat pengunjung harus bersabar antri.

GUa Hira dari Atas. pic By Bang Ucok


Begitu sampai di Gua Hira, kami tidak ikut mengantri seperti kebanyakan jemaah dari negara lain. mereka masuk goa yang cuma seukuran badan itu untuk sholat dua rakaat. sesekali gw berusaha merecall ingatan kembali sejarah Rasulullah SAW, manusia mulia, ketika menerima wahyu pertama di sini. terbayang juga perjuangan wanita solihat , Kadijah, pendamping beliau yang setia mengantarkan makanan setiap harinya dengan pendakian seperti tadi tentunya tanpa tangga-tangga itu. selama 40 hari kalau tidak salah. ah, kecil sekali diri ini dan tidak berarti apa-apa mengingat perjuangan beliau.
Tur Ke Gua Hira ini tidak ada dalam itenerary KBIH. saya bersyukur dan berterima kasih karena berkesempatan untuk menapaktilasi tempat dimana Nabi SAW menerima wahyu pertama kalinya. perjalanan hampir 2,5 jam untuk kembali lagi ke kaki Jabal Nur terasa tidak berarti capeknya. semua terbayar. it worth the effort. Alhamdulillah
Tips untuk Ke Jabal Nur:
1. pergunakan alas kaki yang nyaman. pakai sandal jepit bisa.
2. usahakan untuk membawa beban secukupnya. perjalanan berdurasi bisa lebih kurang dari 2,5 jam jadi cuma perlu air minum dan snack pengganjal yang juga tersedia di warung-warung (jika budget ada).
3. Bonus perjalanan jika dilakukan di waktu menjelang Subuh yang hampir sama dengan waktu malam adalah view Kota Mekkah bermandikan cahaya kecuali untuk sunrise.
4. usahakan membawa senter atau penerangan jika melakukan perjalanan di kedua waktu subuh tersebut.


Rabu, 18 November 2015


Begitu mendapat undangan istimewa ini, saya memantapkan hati bahwa saya akan menerima jamuan yang layak selama menjadi tamu, layaknya perlakukan kita ketika menerima tamu, semua pasti kita persiapkan agar tamu feels like home. Apalagi ini bukan sembarangan undangan, ini undangan istimewa, super VVVVIP dari yang Maha Kaya, Maha Segalanya, yakin sangat bahwa saya akan tercukupi segala kebutuhan selama di sana.

Berminggu-minggu saya mencoba memantaskan diri, mencari tahu agar bisa menjadi tamu yang manner, behave, tidak akan mengecewakan "tuan rumah". Googling sana, baca sini agar saya tahu sedikit banyak tentang Penjamu saya, apa yang harus saya lakukan agar tuan rumah juga senang, berkenan dan ridha dengan kehadiran saya.
Alhamdulillah, 41 hari perjalanan di Mekkah, Arafah,Muzdalifah, Mina dan Madinah yang saya rasa hanya suka. Di hari terakhir menjelang kepulangan, kami bercerita tentang nikmat yang kami rasakan selama di Tanah Haram, kok malah ga ada inget susahnya. Kami bisa tidur lelap diatas pasir yang beralaskan tikar tanpa penerangan yang cukup. Kami bisa makan lahap dengan lauk tetep ayam ikan daging bergantian tiap harinya. Kami bisa berjalan penuh takzim dibawah panas yang katanya diatas 40 celcius. Kaki kami tetap riang melangkah menapaki kiloan meter menuju Jamarat dan kiloan meter lainnya menuju tempat ibadah dan ziarah lainnya.

Hei, ini konvensi internasional terbesar yang pernah saya ikuti. Jika tidak salah membaca salah satu artikel brosur di Mekkah, peserta haji tahun ini dari 114 negara,cmiiw, saya takjub mengamati sebagian pola laku yang mewakili kurang lebih 2juta saudara seiman selama di sana. Bagaimana kami berinteraksi? Dengan senyuman!. Serasa takut apapun pada saudara kita yang berbadan besar karena cerita turun temurun warisan dari para penapak tilas dulunya, percayalah...mereka bisa luluh dengan senyuman. Setidaknya itu yang saya rasakan. Bahkan untuk satu negara yang tidak bisa saya lumpuhkan dengan senyuman ini, at the end saya berhasil saya ajak bicara, yay! Dan masya Allah baiknya. Mungkin juga faktor bahasa jadi penunjang kami bisa berkomunikasi.
Saya iri dengan kemurahan hati para penduduk dan selama di sana. Tidak bisa dihitung dengan jari kejutan manis kami terima sejak kedatangan. Makanan, minuman, berlimpah. Sabil, begitu kami menamai dermawan-dermawan yang ujug-ujug memberikan kurma, minuman, roti atau makananan lainnya sepenjang perjalanan menuju mesjid atau hotel. Saya menyaksikan bagaimana satu truk roti dibagikan ke jemaah haji oleh dermawan di sana, satu pick up air botolan/jus berhari-hari menanti kami dengan setia di salah satu sudut di Jarwal Taisir, kawasan hotel terpadat oleh jemaah haji. "Halal...halal...", demikian mereka meneriaki agar kami mampir dan mengambil sedekahan mereka.
Saya iri dengan pekerja-perkerja di Masjidil Haram dan Nabawi. Saya iri dengan ketakziman dan ketekunan mereka bekerja. Saya iri dengan kesungguhan mereka menjaga fasilitas-fasiltas mesjid tetep nyaman dipakai; menyusun, membersihkan rak-rak alquran, lampu, mengepel lantai (bagian favorit menyaksikan yang membersikan lantai selapangan bola kelar dalam berapa menit aja). Saya iri dengan kesabaran mereka melayani kami jemaah dengan beragam tingkah laku. Saya iri yang dengan pekerjaannya bisa setiap saat mengunjungi tempat-tempat impian ummat Islam.

Saya juga iri dengan kedermawanan jemaah haji lainnya. Teringat dengan nenek tua yang ingin berbagi 2 butir kurmanya, saat saya mengganti kacang dengan roti untuk beliau makan agar mudah dikunyah. Makanan saya mungkin agak lebih makanya saya juga tidak sungkan untuk berbagi, tapi saya yakin, kurmanya memang tinggal 2 butir, dan beliau memaksa saya untuk mengambilnya. Teringat sabar beliau ketika ada jemaah wanita lain yang badannya sangat besar "ngedeprok" manis di depan beliau yang sedang sholat. Kontan jamaah lain memarahi, tapi tidak dengan sang nenek, beliau cuma menepuki pundak sang wanita sambil tersenyum entahlah bicara apa sampai kemudian sang wanita agak bergeser duduknya. Ah, kalo saya mungkin udah mendelikan mata ala2 peran antagonis sinetron.

Terakhir, saya haturkan kekaguman saya untuk pemerintah sana yang membuat 2 tempat suci ummat islam menjadi tempat yang makin nyaman dan menyenangkan untuk dikunjungi. Saya tidak punya alasan untuk menyalahkan mereka atas apapun yang terjadi diluar kehendak manusia. Saya menyaksikan kesungguhan pemerintah Saudia membuat tempat ini menjadi tempat semua ummat. Jika debu dalam rak alquran saja susah untuk kamu dapatkan, apakah mungkin mereka menelantarkan hal maha penting lainnya?
Allah Maha Baik, saya merasakan nikmat luar biasa, tak tergantikan, tak terdefinisikan dengan akal...yang semoga saya makin bersyukur karenanya.


Ini hanya segelintir kejadian suka diantara ribuan nikmat suka cita lainnya yang tak mampu saya hitung dan goreskan. Banyak pengalaman yang saya catat rapi dalam benak. Puzzle-puzzle yang terjadi dalam rekaman mata dan memori saya yakin itu adalah pengingat, cermin agar bisa mengambil hikmah.

Senin, 01 Juni 2015

God Works...

..in mysterious ways. in things beyond my imagination.

Kamis, 21 Mei 2015

I am

 a girl with so much tears, lately




Easily wipe my eyes, out of the blue.


Rabu, 25 Maret 2015

tOekangpoto, Bukan Sekedar Tukang Foto.




foto diambil dari sini

Acara Milad ke 4 tOekangpoto menjadi event pertama tOekangpoto yang saya ikuti. Meski sudah menjadi member di group sejak awal keberadaannya saya belum pernah kesampaian untuk ikut acara-acara yang diadakan oleh mereka. Baik itu acara hunting foto, kopdar atau event –event lainnya. Bahkan ketika acara pameran foto  di blok M yang saya impikan untuk melihat hasil karya anak-anak korban gunung merapi pun pupus.

Alhamdulillah, tanggal 19 Maret 2015 malam,   tikum keberangkatan di stasiun Senen menjadi  awal perjumpaan saya dengan Mbak Amel, Ito, Eka, Zuli, Ira, Mas Dodo,  Pak Oman, Adam, Mas Hafiez & istri berserta Aisyah anak mereka yang pertama kali saya temui,  dan seorang mas yang kemudian saya ketahui ternyata yang biasa dipanggil akrab Mbah oleh yang lain.
Meski sebelumnya saya diundang bergabung dalam grup wasap milad mereka, saya yang termasuk pendiam dan kalem ini, ehem,  agak mati gaya mencoba berbaur. Harapan untuk mengenal secara personal bebrapa teman wanita ketika perjalan menuju Solo akhirnya pun tidak terwujud. Saya berada di gerbong dan kereta yang berbeda dengan mereka. Hahaha. Jangan tanya kenapa saya bisa terpisah rombongan begini.

Stasiun Solo Balapan merupakan titik kumpul semua peserta yang berdatangan dari berbagai daerah seperti Yogyakarta, Semarang. Bahwa ada perserta dari dari Palembang, Gorontalo dan Lampung. Kekuatan apa yang bisa membuat event acara yang “hanya” berbiaya berbilang ratusan ribu ini mampu didatangi oleh peserta dengan mengeluarkan biaya akomodasi yang berlipat-lipat kalinya dari biaya kesertaannya?

Selama acara hunting, walau peserta telah dibagi per kelompok. Ternyata keinginan anggota tp untuk berbagi ilmu melewati batas, baik kelompok, umur dan senioritas pengalaman. Semua terlihat antusias membagi ilmunya secara cuma-cuma. Berkali-kali ditengah kebingungan #sambil pegangan :D  tiba-tiba ada saja yang berbagi tips bagaimana cara menyiasati cahaya, angle, dan lain lain.ahh, such a bleesed. Di Padepokan Keris Brojobuwono, tempat hunting foto kami pertama, saya dibisiki cara mendapatkan percikan api para penempa keris, atau bagaimana mengakali cahaya natural di spot pengikir dan cara mengambil angle yang pas bapak pemahat, semua tanpa saya tanya. di Waduk Lalung ketika matahari malu-malu muncul dan saya asyik  mencari spot-spot untuk makro atau sekedar mencuri moment candid peserta lain, sayapun dibuat senang ketika beberapa mas-mas yang menunjukkan dan berbagi spot dengan mereka yang sedang memoto  para pemancing cilik. Disini saya belajar bagaiman bisa “mengatur” pose para pemancing.  Di air terjun Jumog berkali-kali hasil foto saya menunjukkan hasil yang aneh, utak atik berbagai setingan justru makin memupuskan harapan. Saya edarkan pandangan ke sekitar, saya mencoba menikmati pemandangan undakan air terjun yang bertingkat dengan lensa sempurna milik penciptanya. Indah dan menenangkan. Saya kembali tersemangati demi melihat beberapa peserta yang nyemplung dengan bebagai pose. Apalagi sebelumnya saya sedikit mendapat tips tentang pemakaian filter untuk air untuk mendapatkan efek kapas, tanpa pelitpun filter tersebut sempat dipinjamkan ke peserta lain termasuk saya oleh salah satu senior. Alhamdulillah….beberapa foto cukup menyenangkan hati dapat saya rekam di kamera saya. Hal yang sama juga berulang terjadi ketika hunting foto pemetik teh, sunrise di Candi Ceko. Maaf nama-nama tidak saya mentioned, Allahlah sebaik-baik pembalas. Moga ilmu yang disharing ke kami menjadi amal.  

Hunting foto dengan berbagai aplikasi teori dan teknik udah dilalui, ternyata peserta masih dimanjakan dengan sesi foodphotography  oleh panitia. Adalah Mas Yulim Wicak yang membuat heboh peserta dengan tips-tips dasar foodphotography yang keren-keren.

foto diambil dari sini

Tidak hanya keseruan berlimpah ilmu yang saya dapatkan dalam acara ini. Jujur saya seperti dejavu menghabiskan 3 hari bersama teman-teman yang sebagian baru saya kenal saat itu. Dejavu seperti kembali ke masa-masa rihlah dengan tema-teman jaman sma dan kuliah. It feels like home

Kehangatan dan keakraban sangat kental saya rasakan. Saya sempat kaget bercampur senang ketika Sil Sil mengajak langsung selfie dengan kameranya di jumpa 10 menit pertama kami, tanpa sungkan dia memperlihatkan hasil fotonya dengan harapan saya mau memperlihatkan hasil foto saya," saling belajar yah mbak” begitu dia menjelaskan maksudnya. Beberapa kali kami saling mencari spot bareng, saya kagum dengan angle ga biasa SilSil.
Lain lagi dengan Mbak Woro, peserta dari Magelang ini terlihat bersenang hati membawa tas yang cukup besar, yang ternyata isinya logistik untuk kami di kelompok 8.  Mbak Amel yang saya dibuat kagum akan kegigihannya mencari spot foto, si pecinta operasi kamera manual yang darinya saya diceritakan tentang pengalaman naek gunung beserta tipsnya. Hahaha, sesaat merasa sedang diracuni untuk naek gunung. Omah yang diam kalemnya ternyata menghanyutkan hasil-hasil fotonya. Endra, Duta Wisata Banjarnegara,  ‘ammah kedoyanan Aisyah dan Bulan, favorite Yasmin juga untuk bercerita tentang alam-alam. Zuli yang kalemnya menenangkan. Bu Ika, Ibu Rini, Bu Rahma, Mbak Amel yang keibuannya terasa menganyomi kami selama 3 hari #tsaahh mengayomi. Mbak Eka, Mbak Ito, Mbak Nur, Mbak Mul, Ika DJ, Fajri, Ira,  keriaan kalian membuat saya melalui 3 hari  naek bis tanpa AC, menapaki jalanan Solo-KarangAnyar yang berlubang, menghabiskan malam di aula mesjid Agung Karang Anyar, di uula kecamatan, menghitung masa antri kamar mandi dari jam 3 pagi, menjadi menyenangkan untuk dilalui.

Terima kasih tOekangpoto, telah memberikan kesempatan saya untuk bergabung di komunitas ini. Semoga proyek besar yang sedang digodog segera terealisasi. Semoga tahun kedepan, tOekangpoto  makin peduli dan menginspirasi. Kalian, luar biasa keren.

Rabu, 04 Februari 2015

Lekker Paimo Semarang


Mengingat nama 'besar"nya semula gw mengira kalo lapak Lekker Paimo ini merupakan lapak permanen atau semi permanen. ternyata begitu sampai di lokasi, lapak ini "cuma" gerobak sederhana dilengkapi 2 kompor kecil. Beberapa ember berisi bahan mentah seperti telur, pisang, adonan lekker teronggok disamping gerobak tersebut.


Tempat jualannya begini aja

Sementara gerobak merekapun terasa "penuh" dengan susunan beberapa bahan makanan kaleng: sosis, susu, keju, saus, selai dan ikan. Jalan Karanganyar yang hanya 2 jalur itupun terasa sesak karena sedikit jalanan dipakai oleh para pedangan lainnya yang berharap berkah dari keraimain pembeli di Lekker Paimo. Ditambah beberapa kursi yang disediakan oleh penjual  di depan SMA Kolese Loyola di jalan Karanganyar Kota Semarang itu.
Gerobak kecil begini aja, yang masak cuma 2 orang


Lekker Paimo konon katanya merupakan lekker paling hits di kota Semarang. lekker bisa dibilang crepes tradisional dengan harga yang terjangkau. Dari informasi yang kami dapat dari pengunjung rutin lapak lekker Paimo buka dari jam 10 pagi hingga waktu tidak ditentukan, hingga adonan habis. berbeda dengan penjual lainnya, di sini juga tersedia lekker rasa asin dengan isi beraneka ragam dengan tambahan satu butir telur sebagai pengikat isi seperti sosis, tuna, keju, yang ditambahkan bawang dan sambal. gw langsung memesan karamel, coklat dan pisang coklat serta telur tuna masing-masing 1 pcs.
Pilihan asin manis, favorite saya? Yang orisinal alias yang tipis.



Para pelanggan seperti sudah tahu apa yang dilakukan begitu sampai di tempat ini,  mencari pulpen dan kertas putih yang sudah disediakan kemudian menulis pesanan dan  meletakkan dibawah tatakan anyaman di gerobak, mengantri dengan sabar dan duduk di kursi yang telah disediakan. kecuali kami, yang memubazirkan waktu sekitar 10 menit karena memesan langsung ke penjual yang asyik dengan aktifitasnya sendiri. hehehhe.
pastikan pesanan kamu ditulis di kertas, dan diantrikan oleh si penjual

Setelah hampir 1 jam pesanan kami sudah selesai, sebelumnya kami "cukup beruntung" mencicipi sepotong lekker pisang coklat. semula gw membayangkan kalo pisangnya bakal utuh, ternyata cuma disendok dan langsung dihaluskan ketika dimasak. adonannya memang terlihat beda, lebih halus. ah enaakk., satu tidak cukup.tidak heran ada yang memesan jenis lekker tipis ini dalam jumlah puluhan.
ini fav saya, coklat, karamel dan pisang coklat

sementara untuk yang rasa telur tuna, kok rasanya terlalu asin. lebih mirip telur dadar. not really my things.

telur tuna, not really my thing. too salty




Jika ke Semarang, jangan lupa untuk mampir ke sini. :)























Senin, 26 Januari 2015

Menikmati Hidup ala Abang Bajaj

Dalam sejarah perbajajan, mungkin kemaren abang bajaj kemaren adalah salah satu abang bajaj muda tersabar yang pernah gw tumpangi.

Bajaj  ini nampak luar seperti bajaj biru kebanyakan, yang membuat beda adalah kegaduhan dari laptop yang difungsikan sebagai player mp3. gw tidak berusaha mengometari kegaduhan suara dari player mp3 yang seolah mencabik ketenangan sore romantis karena gerimis itu. Beberapa motor dan mobil yang berhenti karena macet di sepanjang jalan dari harmoni menuju tomang sesekali menoleh ke arah bajaj gw. malah ada mobil waarna hitam membuka kaca jendela sambil berusah melongok ke dalam bajaj dan berkata sesuatu yang tentunya gw ga mendengar sama sekali. si abang masih terlihat sangat santai menikmati pilihan rute jalan yang ternyata macet total.  sesekali mengomentari macetnya jalanan yang dilalui, tidak ada nada keluhan, seperti hanya mencoba membuka percakapan dengan gw yang masih tergugu romantis menikmati jalanan basah. #halah.

sudah hampir sejam, tidak ada pergerakan berarti dari Harmoni ke Tomang. si abang masih dengan tenang menikmati musik ajep-ajep sambil goyang kepala, pelan. sesaat kemudian gw ingat dengan istilah tripping jaman dahulu kala. tiba-tiba entah kenapa si abang duduk dengan amat santai, badan setengah bersandar ke sisi kiri bajaj sambil berujar "Jakarta jam segini, di mana yang ga macet mbak. kalau saya mah nikmati aja, mau kemana lagi". Respon gw cuma bergumam singkat "hooh bang" ditanggapi cukup panjang oleh si Abang. Si Abang bajaj ini mengaku pernah bekerja di sebuah hotel berbintang empat di kawasan Jakarta Pusat, 4 tahun lalu. Di sana dia bisa membekali diri dengan sedikit Bahasa Inggris dasar. "bukan oustsourcing mbak, tapi daily worker" begitu penjelasannya. dari penjelasannya nasibnya hampir sama dengan oustsourcing, tidak ada tunjangan kesejahterahan. "4 tahun cukup bagi saya mbak, mending saya narik bajaj begini walau harus bekerja dari pagi hingga malam tapi minimal saya bisa mengantongi 100rb bersih udah termasuk makan dan sebagainya. saya punya waktu luang, bebas kemana saya mau"

Tambahnya, kemudian dia menjelaskan asal usul media player yang bunyinya mengguncang jalannan Harmoni-Tomang saat itu. Dia mengaku player tersebut dibeli seharga Rp.1.000.000. termasuk CD, speaker dan laptop (?)  mini yang digantung di depan kaca. list lagunya nyaris tidak gw kenali. hahahaha.
"Kalau tidak ada alat ini saya bosan mbak, biar saya beli mahal, tapi saya menikmatinya. toh hasil beli ini juga saya dapat dari bajaj ini".

kadang katanya, ada yang pernah rikues lagu atau film untuk diputar. beberapa list lagu atau film katanya dia beli. eh,  udah ngalahin taxi itu deh ini.

1,5 jam lebih gw bersama si Abang bajaj ini,lebih lama 3 kali lipat dibanding keadaan normal sekalipun tidak ada nada keluhan, umpatan keluar dari mulutnya.