Total Tayangan Halaman

Senin, 26 Januari 2015

Menikmati Hidup ala Abang Bajaj

Dalam sejarah perbajajan, mungkin kemaren abang bajaj kemaren adalah salah satu abang bajaj muda tersabar yang pernah gw tumpangi.

Bajaj  ini nampak luar seperti bajaj biru kebanyakan, yang membuat beda adalah kegaduhan dari laptop yang difungsikan sebagai player mp3. gw tidak berusaha mengometari kegaduhan suara dari player mp3 yang seolah mencabik ketenangan sore romantis karena gerimis itu. Beberapa motor dan mobil yang berhenti karena macet di sepanjang jalan dari harmoni menuju tomang sesekali menoleh ke arah bajaj gw. malah ada mobil waarna hitam membuka kaca jendela sambil berusah melongok ke dalam bajaj dan berkata sesuatu yang tentunya gw ga mendengar sama sekali. si abang masih terlihat sangat santai menikmati pilihan rute jalan yang ternyata macet total.  sesekali mengomentari macetnya jalanan yang dilalui, tidak ada nada keluhan, seperti hanya mencoba membuka percakapan dengan gw yang masih tergugu romantis menikmati jalanan basah. #halah.

sudah hampir sejam, tidak ada pergerakan berarti dari Harmoni ke Tomang. si abang masih dengan tenang menikmati musik ajep-ajep sambil goyang kepala, pelan. sesaat kemudian gw ingat dengan istilah tripping jaman dahulu kala. tiba-tiba entah kenapa si abang duduk dengan amat santai, badan setengah bersandar ke sisi kiri bajaj sambil berujar "Jakarta jam segini, di mana yang ga macet mbak. kalau saya mah nikmati aja, mau kemana lagi". Respon gw cuma bergumam singkat "hooh bang" ditanggapi cukup panjang oleh si Abang. Si Abang bajaj ini mengaku pernah bekerja di sebuah hotel berbintang empat di kawasan Jakarta Pusat, 4 tahun lalu. Di sana dia bisa membekali diri dengan sedikit Bahasa Inggris dasar. "bukan oustsourcing mbak, tapi daily worker" begitu penjelasannya. dari penjelasannya nasibnya hampir sama dengan oustsourcing, tidak ada tunjangan kesejahterahan. "4 tahun cukup bagi saya mbak, mending saya narik bajaj begini walau harus bekerja dari pagi hingga malam tapi minimal saya bisa mengantongi 100rb bersih udah termasuk makan dan sebagainya. saya punya waktu luang, bebas kemana saya mau"

Tambahnya, kemudian dia menjelaskan asal usul media player yang bunyinya mengguncang jalannan Harmoni-Tomang saat itu. Dia mengaku player tersebut dibeli seharga Rp.1.000.000. termasuk CD, speaker dan laptop (?)  mini yang digantung di depan kaca. list lagunya nyaris tidak gw kenali. hahahaha.
"Kalau tidak ada alat ini saya bosan mbak, biar saya beli mahal, tapi saya menikmatinya. toh hasil beli ini juga saya dapat dari bajaj ini".

kadang katanya, ada yang pernah rikues lagu atau film untuk diputar. beberapa list lagu atau film katanya dia beli. eh,  udah ngalahin taxi itu deh ini.

1,5 jam lebih gw bersama si Abang bajaj ini,lebih lama 3 kali lipat dibanding keadaan normal sekalipun tidak ada nada keluhan, umpatan keluar dari mulutnya.