Teman,
Aksi 411 dan 212 menunjukkan wajah islam, profil muslim sejatinya.
Nyatanya kita memang bisa untuk antri sangat tertib bahkan dalam keadaan
panas, hujan sekalipun. Kita bisa sangat bersabar untuk
berlapang-lapang dalam majelis, berbagi halaman kita dengan orang yang
tidak kita kenal.
Teman,
Nyatanya, kita sangat ringan tangan
untuk tidak membuang sampah sembarang, atau bahkan dengan kerelaan hati
tanpa bayaran sekalipun memungut sampah di sekitar kita.
Nyatanya,
kita bisa dengan sangat manis mematuhi aturan, tidak menginjak/merusak
tanaman bahkan dalam keadaan terdesak sekalipun kita enggan untuk
menapakan kaki kita barang sebentar diatas rumput hijau taman.
Teman,
Nyatanya, kita adalah ummat sangat pemurah dan gemar memberi. Makanan
sangat berlimpah, tanpa pandang bulu, kita sangat dermawan memberikan
makanan, minuman kepada orang sebelah kita. Cerita tukang donat yang
karena kemurahan hatinya membagikan donat secara justru berbalas kontan
saat itu juga, berkalilipat. Cerita ibu-ibu negeri yang tanpa
iming-iming apapun selain keridhaannya merelakan waktu sibuk di dapur,
membagikan makanan di jalanan kepada siapapun yang lewat. Cerita tentang
kedermawan ini mungkin butuh satu buku untuk dituliskan. Tidak ada yang
menafikkan bagaimana logistik sangat melimpah ruah saat konvensi akbar
tersebut.
Teman,
Nyatanya kita bisa sangat sayang dengan
orang yang baru kita temui, sekalipun karena kecintaan yang sama. Cerita
kaum Anshar dan Muhajirin terpampang nyata di depan kita. Penduduk
Jakarta menyambut takzim penuh sayang saudara-saudara seiman yang datang
dari Papua, Aceh, Padang, Ciamis, dari manapun. Apa mereka pernah kenal
sebelumnya? Sebagian kecil mungkin, sebagian besar itu adalah
perjumpaan pertama mereka.
Teman,
nyatanya kita adalah
ummat yang kuat. Cerita tentang mujahid Ciamis berjalan ratusan kilo ke
Jakarta akan terpatri jelas dalam ingatan kita dalam beberapa masa ke
depan, mungkin ini yang akan dengan bangga kita ceritakan pada anak cucu
kita nanti.
Teman,
Nyatanya kita adalah ummat yang bisa
merapatkan barisan, melupakan perbedaan dalam islam sendiri. Puluhan
bendera berbagai warna bisa berkibar di langit yang sama tanpa berebut
perhatian
Teman,
Nyatanya kita adalah ummat yang bisa menahan
diri, tidak gampang terprovokasi. Selama berjam-berjam kita bisa duduk
tenang, awas dan mawas diri, saling menjaga.
Teman,
Nyatanya, ulama-ulama kita adalah negosiator dan orator ulung. No doubt about it.
Teman,
Cerita diatas tak akan kita biarkan menguap, hilang tanpa bekas, tak meninggalkan jejak. Karena;
Teman,
Kita hari ini, esok, lusa dan seterusnya adalah kita saat hadir dan
yang menjadi saksi melalui media manapun di 411 dan 212. kita hari ini,
esok, lusa dan seterusnya adalah kita yang taat, tertib, sabar, pemurah,
penyayang, pantang menyerah.
Kita hari ini, esok, lusa dan
seterusnya adalah kita yang menghormati bukan hanya sesama muslim tapi
juga menghargai yang berbeda agama dengan kita.
Teman,
Kita hari ini, esok, lusa dan seterusnya adalah kita yang merasa diawasi terus oleh kameraNya bukan kamera orang lain.
Teman,
Kita hari ini, esok, lusa dan seterusnya adalah kita yang suka
bertabayyun atas berita apapun yang kita terima. Kita hari ini, esok,
lusa dan seterusnya adalah kita yang bertanggung jawab atas semua
jempol, karena hisabNya tidak akan luput.
Teman,
Kita hari
ini, esok, lusa dan seterusnya adalah kita yang tidak hanya marah ketika
Al Quran dinista, kita hari ini esok dan seterusnya adalah kita yang
cinta Al Qur'an, rajin berinteraksi dengannya.
Kita hari ini,
esok,lusa dan seterusnya adalah yang tidak akan membiarkan satu hari
terlewatkan tanpa berinteraksi dengan Al Quran. Ambil, buka kembali Al
Quran yang mungkin satu tahun lebih tidak sentuh, berdebu dipojok paling
atas rak buku. Kita hari ini, esok, lusa dan seterusnya adalah kita
yang mempelajari makna, tafsir dan amalkan isi Alquran.
Teman,
Kita hari ini, esok, lusa dan seterusnya adalah kita yang akan menjaga shalat dalam keadaan apapun.
Teman,
Kita hari ini, esok, lusa dan seterusnya adalah kita yang senantiasa
menjaga ukhuwah. Karena kita adalah gengaman tangan dan bangunan yang
kuat jika saling bersatu.
Teman,
kita hari ini, esok, lusa
dan seterusnya adalah kita yang tidak mudah terlena, jumawa, ujub karena
kemeriahan 411 dan 212. kita hari ini, esok, lusa dan seterusnya
adalah kita yang menjaga agar semangat 411 dan 212 tetap terjaga dalam
kerendahan hati sehingga bisa dengan lantang berkata " Saya bangga
sebagai Islam".
#kamialumni212 #212itukami #dailyinna