setajam siletkah?

Betapa kemudian lidah sangatlah tajam. Ia bisa menorehkan luka bertahun-tahun yang tak akan sembuh sampai kapanpun. Termaafkan mungkin iya. Lupa? Tunggu dulu. Sangat pas agama mengajarkan kita untuk berkata-kata yang  baik atau  diam. Jadi kalo kira-kira lisan menorehkan luka lebih baik tidak usah berkata-kata. Tapi masalahnya kadang kita tidak sadar kapan lisan ini menjadi lebih mudah menorehkan luka dari senjata maha tajam sekalipun.

Saya selalu membatin ketika seorang saudara menjadi omongan bagi saudara saya yang lain karena lidahnya setajam ”silet” tidak bisa membela juga karena apa yang dia sampaikan kadang2 mengandung nilai kebenaran, tapi apakah kebenaran menjadi baik jika disampaikan dengan melukai orang?.

Ya Allah sudah berapa ribu orang yang saya sakiti dengan lidah saya?
Astagfirullahaladzim...maafkan saudaraku,
Sungguh aku ini masih hina dan mesti harus belajar.